Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Kamis, 22 Januari 2009

LET'S MAKE A MOVE

Aku sering sekali berkhayal bisa menggerakkan benda sesuai keinginanku. Banyak orang bilang, kekuatan pikiran (otak) bisa melakukannya. Karena itu aku sering bertindak konyol. Memandang lekat-lekat benda itu dan memerintahkannya melayang dan bergerak mendekatiku.
Tapi sampai sekarang, usaha itu belum pernah berhasil. Padahal aku sudah mencoba berbagai tingkatan bobot. Mulai dari cotton buds yang bobotnya cuma beberapa gram sampai barble seberat 6 kg. Aku tidak tahu, entah caranya yang salah atau memang kekuatan pikiran (untuk mengangkat benda dan terbang) itu sebenarnya tidak ada.
Sekali waktu, aku juga berhayal bisa mengangkat badan sendiri, melayang atau bahkan terbang. Seperti juga hayalan pertama, aku juga melakukan hal bodoh. Duduk bersila dan berharap tubuhku terangkat seperti para kultivator dan ahli yoga.
Aku pikir, bisa terbang, atau bahkan berpindah ke suatu tempat dengan sekejap akan sangat berguna di saat harga BBM seperti sekarang ini naik gila-gilaan. Tapi sekeras apapun aku mencoba meringankan tubuh dengan berkhayal melepaskan bobot tubuhku ke angkasa, tak sesentipun aku mengambang.
Aku kemudian berpikir, seberapa tebalkah batas antara kekuatan otak dan khayalan. Maksudku begini, keinginan akan sesuatu kadang hanya berupa sebagai khayalan. Jadi sekuat apapun khayalan itu dipikirkan, tanpa melakukan sebuah usaha yang nyata, mungkin tidak akan menjadi sebuah kenyataan.
Kekuatan otak atau pikiran menurutku memang ada. Tapi mungkin itu baru akan berlaku jika ada sebuah kesatuan antara otak, hati dan gerak. Iman adalah salah satu contohnya. Kita kadang bertanya-tanya, kenapa sih kita percaya dengan agama? Ada yang bilang, agama itu ada karena dipercaya. Kalau di dunia ini sudah tak ada lagi yang percaya, maka agama itu mungkin tidak akan lagi ada.
Seorang teman pernah berpendapat bahwa agama itu no need true. Tak butuh pembuktian bahwa Tuhan dan segala tetek bengeknya yang menyertai agama itu ada.

“Itu adalah firman Tuhan. Kita tinggal percaya aja. Akal kita tak akan sanggup menjangkaunya,” katanya.
Aku manggut-manggut sejenak. Untuk sesaat aku membenarkannya. Tapi sesaat kemudian aku bilang kepadanya.

“Akal kita memang sangat terbatas untuk menjangkau kekuasaan Tuhan. Tapi kita bisa membuktikan keberadaan Tuhan sekaligus untuk apa kita beragama,”.
”Maksudmu?” tanya temenku.
”Kau lihatlah matahari yang terbit setiap pagi dan teratur terbenam setiap sore. Jangan bilang itu adalah sebuah kebetulan. Lihat juga kesetiaan bulan mendampingi bumi dengan berbagai fase dan bentuk yang berulang pada periode tertentu. Apakah itu sebuah kebetulan? Ada kekuatan dan kecerdasan yang mengatur itu semua. Dan kita bisa mempelajarinya,” uraiku panjang lebar.
Dan aku pikir itu bukan sebuah hal yang sulit untuk dipahami. “It’s an evident that God is excist,” tandasku.
Dia tersenyum memandangku. “Saat ini, bagiku cukup dengan

meyakini bahwa Tuhan itu ada dan agama itu berguna,” katanya.
”Bagaimana dengan ibadahmu,” tanyaku.
”Aku cukup puas dengan yakin bahwa Tuhan itu ada,” katanya lagi. Aku menghirup nafas. Susah juga menasehati orang-orang seperti ini.
Kembali lagi ke masalah kekuatan pikiran. Sebenarnya apa yang sering dibicarakan para mentalist (begitu mereka menyebut dirinya) sebagai kekuatan pikiran adalah omong kosong. Aku sangat yakin, bahwa mereka pasti dibantu oleh bangsa jin. Mungkin mereka sudah membuat perjanjian dengan setan (make a deal with devil) untuk bersepakat merusak akidah manusia beragama.
Penjelasannya begini. Bangsa jin itu tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang. Secara qodrati, mereka memang terpisah dimensinya dengan kita, meskipun hidup di masa dan ruang yang sama. Mengangkat benda tanpa menyentuhnya, menurut logika adalah sebuah hal yang tidak mungkin jika tak ada camur tangan dari para jin ini.
Nabi Muhammad SAW sendiri, makhluk yang paling dicintai Allah, tidak pernah menggunakan cara-cara ‘aneh’ dalam hidupnya. Padahal kalau mau, beliau bisa meminta apapun dan kekuatan semacam apapun dari Allah. Tapi hal itu tidak dilakukannya. Mu’jizatnya bukanlah sesuatu yang tidak bisa dipahami akal manusia. Kalaupun ada hal-hal luar biasa seperti membelah bulan menjadi dua, hal itu semata dikatakannya sebagai kekuatan Allah.
Kenapa? Karena dia ingin memberi contoh pada umatnya, bahwa dia manusia. Dia bukan tuhan dan tak ingin umatnya menuhankan dirinya.
Dengan segala cinta yang dimiliki sang Khaliq padanya, dia bisa saja minta tidak sakit, tidak mempan dibacok, bisa terbang dsb..dsb. Tapi hal itu tak dilakukannya. Sekali lagi beliau ingin umatnya mencontohnya. Bahwa kekuatan itu semuanya adalah milik Allah. Kita manusia tak punya daya apa-apa selain karena kehendak Allah semata. Itulah sebabnya kita diajarkan untuk membaca basmallah. Menyebut asma Allah sebelum melakukan sebuah pekerjaan. Karena di situ ada makna bahwa kita pasti tak akan bisa melakukan sesuatu apapun tanpa kekuatan dari yang maha memiliki kekuatan dan kekuasaan. Kita minta kemurahan dan kasih sayangnya pada saat akan melakukan sesuatu.
Makanya aku heran banget ketika ada ribuan santri yang diisi dengan kekebalan oleh pimpinanya. Parahnya lagi, katanya mereka berani mati untuk membela seseorang yang tak tahu juntrungannya. Aku jadi kepikiran, apakah mereka tidak mencontoh baginda Nabi Muhammad junjungannya? Wong nabi saja bisa dan mau terluka oleh pedang, tombak dan panah. Kok ini, manusia biasa bersombong diri menyatakan tak mempan dibacok atau ditembak.
Karena itu, aku jadi sadar satu hal, bukan berhayal dan tak melakukan apapun yang akan membuat kita mencapai cita-cita. Berpikir saja tidak cukup. Tapi harus berpikir, bergerak, berusaha dan berdoalah yang menjadikannya.

Tidak ada komentar: