Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Senin, 26 Januari 2009

KELUARGA YANG PENUH DURI DAN MASALAH

Keluarga yang penuh duri dan masalah disebabkan oleh banyak faktor. Faktor yang banyak terjadi adalah kurangnya istri memahami apa dan mengapa hakikat perkawinan itu, Mertua atau Orang tua yang ikut campur dalam urusan rumah tangga anak, Mertua atau Orang tua yang kurang atau tidak merestui perkawinan anak yang telah membuat masalah tersendiri dalam kehidupan rumah tangga anak, dan terakhir yang juga sering terjadi, sekali lagi maaf lho Mas, adalah faktor anda sendiri yang mungkin masih belum banyak mengetahui tentang hakikat apa kita membangun perkawinan itu ?
Dari keempat faktor tersebut, dari banyak kasus, kapasitas pemahaman (wawasan) istri tentang sebuah perkawinan sering menjadi pencetus utama terjadinya duri dalam rumah tangga. Kebanyakkan seorang istri kurang bisa membaca situasi yang sangat mungkin membahanyakan rumah tangganya. Mereka sering menggunakan emosi daripada nurani ketika menghadapi pernik-pernik masalah rumah tangganya. Kurang bisa memahami peran dan kewajiban seorang istri terhadap suaminya. Bermain api dengan amarah emosi tanpa dilakukan dengan penuh kebijakkan, penuh pemahaman dan hati yang penuh kejernihan terhadap suami. Inilah pencetus bahaya-bahaya dalam rumah tangganya, yang sama sekali tidak ia sadari dan harapkan.
Wanita sering disebut sosok 'misteri' yang tak terduga emosinya. Emosi yang sering kurang masuk akal dan bisa dipahami. Wanita memang diciptakan oleh Tuhan untuk selalu menggunakan perasan daripada akal pikiran ketika menghadapi masalah dan kesehari-hariannya. Makanya jangan heran suatu ketika anda berkendaraan di jalan, di depan samping kanan anda seorang wanita tiba-tiba menghidupkan lampu tanda mau belok dan kemudian menelikung begitu saja, tanpa memperhitungkan jarak kendaran di belakangnya untuk diberi waktu melihat aba-aba. Atau kecerobohan-kecerobohan lain yang sering banyak terjadi pada wanita. Sebagai misal ketika mereka melihat bahaya akibat sesuatu yang bisa membahayakan keluarga dan dirinya. Mereka cenderung berteriak-teriak dalam menyikapi suatu keadaan yang membahayakan tersebut, dari pada segera bertindak untuk mencegah, mengatasi keadaan itu, menyelamatkan anak-anak, atau juga segera menyelamatkan dirinya sendiri.
Itulah sekelumit sosok wanita yang menjadikannya sering tak terduga yang memang telah di ciptakan Tuhan untuk mengandalkan perasaannya daripada akal pikirannya. Semua itu bukan tanpa arti seperti dinginnya air dan panasnya api, dinginnya air yang bisa menjadikan sebuah malapetaka banjir dan panasnya api yang mampu menciptakan kebakaran hebat melalap segala sesuatu yang ada tanpa kecuali. Akan tetapi bukan berarti musibah dan malapetaka itu tidak bisa dicegah atau dikendalikan. Bahkan kalau kita mampu, tapi memang seharusnya mampu, dinginnya air dan panasnya api bisa dikendalikan sedemikian rupa sehingga justru akan memberi manfaat dan sinergi (memberi semangat hidup)

Kembali kepersoalan Anda, persoalan laki-laki yang sudah beristri terhadap wanita disekitarnya, baik yang sudah bersuami, belum bersuami, atau janda, ataupun keberadaan kita sebagai rekan kerja, relasi bisnis, teman biasa, atau yang lainnya. Adalah kenyataan yang harus dijalani menyertai hidup kita sehari-hari. Keberadaan kita dan mereka (wanita) dalam sehari-hari tak jarang memunculkan persoalan tersendiri, baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Semua berjalan begitu saja sesuai proses alami dan manusiawi. Walau begitu, kalau kita tidak berhati-hati dan pandai-pandai menempatkan diri, tidak menutup kemungkinan Kita (laki-laki) akan menciptakan persoalan-persoalan sendiri di dalamnya. Persoalan-persoalan yang tak sedikit membawa malapetaka-malapetaka yang tak terduga. Bagai kita seakan baru mendapat masalah bertubi-tubi yang sulit dicari ujung-pangkal masalah, yang sulit diatasi.

Banyak di antara kita, kaum laki-laki, terjebak dalam suatu lubang dan sangat kesulitan mencari jalan keluarnya. Hanya kita lalai tidak memperhitungkan dan mempertimbangkan dengan seksama, sebuah resiko dari suatu pilihan. Memilih suatu keinginan adalah sifat manusiawi yang menyertai agar insan manusia tetap bisa eksis (bertahan) untuk hidup dalam kehidupannya. Akan tetapi memilih suatu pilihan hidup tanpa mempertimbangkan dan memperhitungkan resiko dan keuntungannya, ibarat anak kecil sendirian melihat kolam untuk bermain, tanpa tahu dalam tidaknya kolam tersebut.

Tidak ada komentar: