Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Selasa, 17 Februari 2009

TELAGA HATI

Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang
dirundung masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung
menceritakan semua masalahnya.

Pak tua bijak hanya mendengarkan dgn seksama, lalu Ia mengambil
segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil
segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu
diaduknya perlahan,

"Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya ", ujar pak tua

"Pahit, pahit sekali ", jawab pemuda itu sambil meludah ke samping

Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke
tepi telaga belakang rumahnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan
dan akhirnya sampai ke tepi telaga yg tenang itu. Sesampai disana, Pak
tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dengan
sepotong kayu ia mengaduknya.

"Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah." Saat si pemuda mereguk
air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya,

"Bagaimana rasanya ?"

"Segar", sahut si pemuda.

"Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?" tanya pak tua

"Tidak, " sahut pemuda itu

Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata:

"Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya
segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa
pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yg kita
rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu
akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya. Jadi saat
kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yg
kamu dapat lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu,
luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu".

Pak tua itu lalu kembali menasehatkan:

"Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah
tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu seperti
gelas, buatlah laksana telaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu,
dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian. Karena Hidup adalah
sebuah pilihan, mampukah kita jalani kehidupan dengan baik sampai ajal
kita menjelang? Belajar bersabar menerima kenyataan adalah yang terbaik"

Dari:


1 komentar:

Anonim mengatakan...

wow.. nice and inspired article.. thanks..