Salah satu kewajiban orang tua adalah menikahkan anak perempuannya. Dalam budaya masyarakat Indonesia, menikahkan identik dengan walimahan (walimatul ursy) atau pesta makan-makan. Orang jawa menyebutnya ’duwe gawe mantu’.
Dalam perkara ini, kebanyakan orang justru lebih melihat sisi ornamentalnya daripada aspek substansialnya. Kita bisa melihat apa yang dipersiapkan orang-orang pada umumnya jika akan menikahkan anaknya. Seringkali mereka justru mementingkan atau memikirkan pesta yang bakal digelar hingga sedetail-detailnya atau melebihi dari substansi yaitu akad nikah itu sendiri. Sampai-sampai mereka hutang ke sana ke mari guna menggelar acara resepsi agar meninggalkan kesan meriah. Dalam membayar hutangnya nanti, biasanya yang empunya gawe berharap dari sumbangan yang diterima.
Yang demikian itu merupakan pola hidup yang salah. Jika mengacu pada ajaran Islam, walimahan merupakan bentuk rasa syukur atas terbentuknya sebuah keluarga baru. Sebab itu, adanya walimahan tidak serta merta memberatkan diri dan juga merepotkan orang banyak lantaran harus menyumbang. Tidak memberatkan diri artinya bahwa jika kita ingin menggelar pesta, mampunya hanya mengundang orang sepuluh ya jangan mengundang seribu orang. Apalagi jika harus hutang dan berharap pada sumbangan untuk membayar hutang tersebut.
Hal ini dapat membuat hidup tidak tenang dan diliputi rasa was-was. Bisa-bisa karena sumbangan tidak cukup untuk membayar hutang, harta seperti tanah maupun barang lain akan habis dijual yang pada gilirannya akan memunculkan kesulitan hidup lebih parah lagi. Di saat mempelai tengah bersenang-senang, orang tua pengantin merasa kesusahan memikirkan hutang.
Oleh karena itu Islam mengajarkan jika dalam walimatul ursy mampunya memberikan buah kurma, itu yang kita suguhkan pada tamu atau orang yang kita undang. Bukan lantas mencari dengan cara berhutang untuk sebuah paket bernama USSDEK (unjukan, snack, sup, dhahar, es, kondur). Islam hadir untuk memudahkan urusan. Jika kita ikut kebanyakan orang, akan menyusahkan diri kita sendiri. Padahal orang memberi ulem kecenderungannya tidak hanya yang tersurat juga, tetapi juga yang tersirat. Hal ini yang dalam Islam seharusnya tidak boleh dibudayakan. Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Kesimpulannya, menikahkan adalah wajib, walimahan hanya bentuk rasa syukur dengan memberi makan orang lain tetapi jangan memberatkan diri sendiri dan orang lain.
sumber : http://www.duadunia.net/
Entri Populer
-
Rasa hati deg-degan adalah wajar bila laki-laki medapat perhatian dari lawan jenis, apapun bentuknya dan sekecil apapun bentuk perhatian. Li...
-
FLV merupakan salah satu format video yang populer sekarang ini. Digunakan untuk streaming video yang dipakai oleh layanan video sharing sep...
-
Bagi Si Pembawa Ember, mencari uang berarti memikul ember sudah sulit merubah pandangan hidupnya (mind set-nya) , tidak ada cara lain yang l...
-
Sebelum menjalankan ibadah Ramadhan, ada beberaa hal yang perlu dipahami. Di antaranya : 1. Shaum Ramadhan adalah rukun Islam yang keempat...
-
Sulit bagiku tuk jatuh cinta Sulit pula bagiku mengucapkan cinta Tapi aku tak mampu membohongi hatiku bahwa sosokmu kian hadir dalam a...
-
imageAda menyeruak perhatian yang begitu besar terhadap kekuatan membaca Al-Qur'an, dan yang terlansir di dalam Al-Qur'an, dan penga...
-
Suatu ketika seorang lelaki mohon kepada Tuhan sekuntum bunga dan seekor kupu-kupu namun Tuhan malah memberinya sebonggol kaktus .... dan se...
-
Apa perbedaan dari pengobatan cara Alophatik (suatu cara pengobatan yang bertujuan membunuh penyakit dengan menggunakan obat-obatan atau o...
-
Mei lalu, warga Kampung Talunkacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kabupaten Semarang, diberitakan merasa sangat terganggu oleh k...
-
Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran, "Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuan...
Total Tayangan Halaman
Senin, 16 Maret 2009
WALIMAH : JANGAN MEMBERATKAN DIRI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar