Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Rabu, 25 November 2009

SEBUAH KISAH MENGHARUKAN DARI INDIA

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran, "Berapa lama lagi
kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu
tersayang untuk makan".

Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Sindu
tampak ketakutan dan air matanya mengalir. Di depannya ada semangkuk
nasi berisi nasi susu asam/yoghurt (nasi khas India /curd rice).
Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8
tahun, dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu & istriku masih
kuno. Mereka percaya sekali kalau makan curd rice, ada "cooling
effect".


Aku mengambil mangkok & berkata, "Sindu sayang, demi ayah, maukah
kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu
akan teriak2 sama ayah" .

Aku bisa merasakan istriku cemberut dibelakang punggungku. Tangis
Sindu mereda & ia menghapus air mata dengan tangannya dan berkata,
"Boleh ayah, aku akan makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok,
tapi semuanya akan aku habiskan, tapi aku akan minta..." Agak ragu2
sejenak ... "... akan minta sesuatu sama ayah bila aku menghabiskan
semua nasinya. Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaan ku?".

Aku menjawab, "Oh pasti sayang". Sindu tanya sekali lagi, "Betul
ayah?". "Yah pasti..", sambil menggenggam tangan anakku yang
kemerahmudaan dan lembut sebagai tanda setuju. Sindu juga mendesak
ibunya untuk janji hal yang sama. Istriku menepuk tangan Sindu yang
merengek sambil berkata tanpa emosi, "Janji", kata istriku. Aku
sedikit khawatir dan berkata, "Sindu jangan minta komputer atau
barang2 lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang".
Sindu menjawab, "Jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 mahal
kok".

Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat
menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam
hatiku, aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan
sesuatu yang tidak disukainya. Setelah Sindu melewati penderitaannya,
dia mendekatiku dengan mata penuh harap dan semua perhatian (aku,
istriku & juga ibuku) tertuju kepadanya.

Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin pada hari Minggu. Istriku
spontan berkata, "Permintaan gila, anak perempuan kok dibotakin,
tidak mungkin!". Juga ibuku menggerutu, "Jangan terjadi dalam
keluarga kita. Dia terlalu banyak nonton TV. Dan program2 TV itu
sudah merusak kebudayaan kita". Aku coba membujuk, "Sindu, kenapa kamu
tidak minta hal yang lain? Kami semua akan sedih melihatmu botak".
Tapi Sindu tetap dengan pilihannya. "Tidak ada ayah, tak ada
keinginan lain," kata Sindu.

Aku coba memohon kepada Sindu, "Tolonglah kenapa kamu tidak mencoba
untuk mengerti perasaan kami?". Sindu dengan menangis berkata, "Ayah
sudah melihat bagaimana menderitanya aku menghabiskan nasi susu asam
itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan aku. Kenapa
ayah sekarang mau menarik perkataan Ayah sendiri? Bukankah Ayah sudah
mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita
terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti Raja Harishchandra
(raja India jaman dahulu kala) untuk memenuhi janjinya memberikan
tahta, kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri?".

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku, "Janji kita
harus ditepati!". Secara serentak istri dan ibuku berkata, "Apakah
kamu sudah gila?". "Tidak!" jawabku, "Kalau kita menjilat ludah
sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya
sendiri". "Sindu permintaanmu akan kami penuhi."

Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar. Matanya besar dan
bagus. Hari Senin aku mengantarkannya ke sekolah. Sekilas aku melihat
Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangannya kepadaku
sambil tersenyum, aku membalas lambaian tangannya. Tiba2 seorang anak
laki2 keluar dari mobil sambil berteriak, "Sindu, tunggu saya donk..".
Yang mengejutkanku, ternyata kepala anak laki2 itu botak. Aku
berpikir mungkin "botak" model jaman sekarang.

Tanpa memperkenalkan dirinya, seorang wanita keluar dari mobil dan
berkata, "Anak Anda, Sindu benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan
bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya. Dia menderita
kanker leukemia". Wanita itu berhenti berkata-kata, sejenak aku
melihat air matanya mulai meleleh dipipinya. "Bulan lalu Harish tidak
masuk sekolah. Karena chemo therapy, kepalanya menjadi botak. Jadi
dia tidak mau pergi ke sekolah karena takut diejek oleh teman2
sekelasnya. Nah, minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji
kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi".

Hanya saya betul2 tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan
rambutnya yang indah untuk anakku Harish. Tuan dan Istri Tuan sungguh
diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia".

Aku berdiri terpaku dan tidak terasa air mataku meleleh. Malaikat
kecilku, tolong ajarkanku tentang arti sebuah kasih..

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)


Baca Selengkapnya......