Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 18 Juli 2009

JAUHI TIGA PERKARA

Oleh : Agus Handoko / Pesantren Virtual - "Pondok Pesantren era Digital"

Manusia diciptakan kemuka bumi ini untuk mengelola sesuatu yang ada
didalamnya dengan sebenar-benarnya, dan juga untuk menghamba kepada Sang
Khalik Allah Swt.dengan mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Setiap perbuatan manusia akan dimintai pertanggung jawabannya di akherat
kelak, maka jalan apa yang akan ditempuh itulah pilihan setiap individu,
yang pada akhirnya manusia akan merasakan bahagia atau sengsara.
Rasulullah saw memberikan jaminan kepada kaum muslimin selama mereka
terbebas dari tiga perkara sebelum kematian terjadi pada dirinya, beliau
bersabda:

еожт еоЗКо иозпио ИоСрктБм ержт ЛодЗоЛн : ГодтгрИтСп иоЗдтЪпдпитдп
иоЗдПсоктжп ПоОодо ЗдтМожсоЙо

Barangsiapa yang mati dan ia terbebas dari tiga hal, yakni sombong,
fanatisme dan utang maka ia akan masuk surga (HR. Tirmidzi(.

Hadis diatas menunjukkan kepada kita semua sebagai ummat Nabi Muhammad
untuk hindari tiga perkara tersebut yaitu : memiliki sifat sombong,
fanatisme kepada golongan dan juga memiliki hutang yang belum dibayar.
Kesemuanya parkara tersebut berdampak negatif bagi setiap jiwa muslim.


1. Sombong.

Sombong adalah sifat yang dimiliki manusia dengan menganggap dirinya
lebih dengan meremehkan orang lain, karenanya orang yang takabbur itu
seringkali menolak kebenaran, apalagi bila kebenaran itu datang dari
orang yang kedudukannya lebih rendah dari dirinya, Rasulullah Saw
bersabda:
ЗодтгрИтСп ИоЧоСп ЗдтНоврс иоЪоетЧп ЗджсоЗУр
Takabbur itu adalah menolak kebenaran dan dan menghina orang lain (HR.
Muslim).

Sombong merupakan sifat iblis laknatullah, dengan sebab itulah ia divonis
ingkar/kafir kepada Allah Swt, sebagaimana firman Allah Swt :
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk
tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “bersujudlah
kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak
termasuk mereka yang sujud. Allah berfirman: Apakah yang menghalangimu
untuk bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu?. Iblis menjawab: aku
lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau
ciptakan dari tanah. Allah berfirman: turunlah kamu dari syurga itu,
karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka
keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina (QS 7:11-13,
lihat pula QS 40:60).

Ada banyak dampak negatif atau bahaya dari sifat sombong ini, diantara
adalah: Pertama, Tidak senang pada saran apalagi kritik, hal ini karena
ia sudah merasa sempurna, tidak punya kekurangan, apalagi bila
kesombongan itu tumbuh karena usianya yang sudah tua dengan segudang
pengalaman, ia akan menyombongkan diri kepada orang yang muda, atau
sombong karena ilmunya banyak dengan gelar kesarjanaan.

Kedua, Tidak senang terhadap kemajuan yang dicapai orang lain, hal ini
karena apa yang menjadi sebab kesombongannya akan tersaingi oleh orang itu
yang menyebabkan dia tidak pantas lagi berlaku sombong, karenanya orang
seperti ini biasanya menjadi iri hati (hasad) terhadap keberhasilan,
kemajuan dan kesenangan yang dicapai orang lain, bahkan kalau perlu
menghambat dan menghentikan kemajuan itu dengan cara-cara yang
membahayakan seperti memfitnah, permusuhan hingga pembunuhan.

Ketiga, Menolak kebenaran meskipun ia meyakininya sebagai sesuatu yang
benar, hal ini difirmankan Allah Swt di dalam Al-Qur’an: Dan mereka
mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati
mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang berbuat kebinasaan (QS 27:14).

Keempat, Dibenci Allah Swt yang menyebabkannya tidak akan masuk syurga.
Allah Swt berfirman: Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong (QS 16:23).

Di dalam hadits, Rasulullah Saw bersabda:

дЗо коПтОпдп ЗдтМожсоЙо еожт гоЗжо брй водтИрзр ерЛтвоЗдп РоСсоЙн ержт грИСтн

Tidak masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi
dari sifat kesombongan (HR. Muslim).


2. Ta'asshub atau Fanatisme.

Ta'asshub atau yang dikenal fanatic kepada perorangan atau kelompok
tertentu, hal tersebut terjadi ditengah-tengah masyarakat dan tidak bisa
dipungkiri bahwa manusia termasuk kaum muslimin hidup dengan latar
belakang yang berbeda-beda, termasuk latar belakang kelompok, baik karena
kesukuan, kebangsaan maupun golongan-golongan berdasarkan organisasi
maupun paham keagamaan dan partai politik, hal ini disebut dengan
ashabiyah. Para sahabat seringkali dikelompokkan menjadi dua golongan,
yakni Muhajirin (orang yang berhijrah dari Makkah ke Madinah) dan Anshar
(orang Madinah yang memberi pertolongan kepada orang Makkah yang
berhijrah). Pada dasarnya golongan-golongan itu tidak masalah selama tidak
sampai pada fanatisme yang berlebihan sehingga tidak mengukur kemuliaan
seseorang berdasarkan golongan, hal ini karena memang Allah Swt
mengakuinya, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS
49:13).

Manakala seseorang memiliki fanatisme yang berlebihan terhadap golongan
sehingga segala pertimbangan dan penilaian terhadap sesuatu berdasarkan
golongannya, bukan berdasarkan nilai-nilai kebenaran, maka hal ini sudah
tidak bisa dibenarkan, inilah yang disebut dengan ashabiyah yang sangat
dilarang di dalam Islam, apalagi bila seseorang sampai mengajak orang lain
untuk bersikap demikian, lebih-lebih bila seseorang siap mati untuk semua
itu, maka Rasulullah Saw tidak mau mengakui orang yang demikian itu
sebagai umatnya, hal ini terdapat dalam hadits Nabi Saw:

доктУо ержсоЗ еожт ПоЩоЗ Зрдой ЩоХоИрксоЙн иодоктУо ержсоЗ еожт воЗКодо
Щодой ЩоХоИрксоЙн иодоктУо ержсоЗ еожт еоЗКо Щодой ЩоХоИрксоЙн

Bukan golongan kami orang yang menyeru kepada ashabiyah, bukan golongan
kami orang yang berperang atas ashabiyah dan bukan golongan kami orang
yang mati atas ashabiyah (HR. Abu Daud)


3. Utang.

Dalam hidup ini, manusia seringkali melakukan hubungan muamalah dengan
sesamanya, salah satunya adalah transaksi jual beli. Namun dalam proses
jual beli tidak selalu hal itu dilakukan secara tunai atau seseorang tidak
punya uang padahal ia sangat membutuhkannya, maka iapun meminjam uang
untuk bisa memenuhi kebutuhannya, inilah yang kemudian disebut dengan
utang. Sebagai manusia, apalagi sebagai muslim yang memiliki harga diri,
sedapat mungkin utang itu tidak dilakukan, apalagi kalau tidak mampu
membayarnya, kecuali memang sangat darurat, karena itu seorang muslim
harus hati-hati dalam masalah utang, Rasulullah Saw bersabda:
рЗксоЗгпет иоЗдПсоктжр боЗржсозп зоесм ИрЗддсоктдр иоеоРодсоЙм ИрЗджсозоЗрС

Berhati-hatilah dalam berutang, sesungguhnya berutang itu suatu kesedihan
pada malam hari dan kerendahan diri (kehinaan) pada siang hari (HR.
Baihaki)

Bagi seorang muslim, utang merupakan sesuatu yang harus segera dibayar, ia
tidak boleh menyepelekannya meskipun nilainya kecil. Bila seorang muslim
memiliki perhatian yang besar dalam urusan membayar utang, maka ia bisa
menjadi manusia yang terbaik. Rasulullah Saw bersabda:

ОоктСп ЗджсоЗУр ОоктСпзпет воЦоЗБл
Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam membayar utang (HR. Ibnu
Majah).

Namun apabila manusia yang berutang tidak mau memperhatikan atau tidak mau
membayarnya, maka hal itu akan membawa keburukan bagi dirinya, apalagi
dalam kehidupan di akhirat nanti, hal ini karena utang yang tidak dibayar
akan menggerogoti nilai kebaikan seseorang yang dikakukannya di dunia,
kecuali bila ia memang tidak mempunyai kemampuan untuk membayarnya,
Rasulullah Saw bersabda:

ЗодПсоктжп ПоктжоЗжр боеожт еоЗКо иозпиокожтирйт воЦоЗБозп боГожоЗ
иодркспзп иоеожт еоЗКо иодЗокожтирйт воЦоЗБозп боРоЗдрго ЗдсоРрйт
кпДтОоРпержт НоУожоЗКрзр доктУо коитеоЖрРн ПрктжоЗСм иодЗоПрСтзоем.
Utang itu ada dua macam, barangsiapa yang mati meninggalkan utang,
sedangkan ia berniat akan membayarnya, maka saya yang akan mengurusnya,
dan barangsiapa yang mati, sedangkan ia tidak berniat akan membayarnya,
maka pembayarannya akan diambil dari kebaikannya, karena di waktu itu
tidak ada emas dan perak (HR. Thabrani).

Ketiga perkara tersebut jangan sampai terjadi pada diri kita sebagai ummat
Islam. Sehebat apapun orang/golongan/partai yang kita ikuti, namun ketika
berbuat salah maka seyogyanya bagi kita untuk mengislahnya jangan taklid
buta. Hindari sifat yang selalu mendewakan diri sendiri, mengenggap lebih
dari orang lain. Milikilah sifat yang selalu menerima pemberian dari Allah
Swt (Qona'ah), jangan sampai kita memiliki hutang karena selalu tidak puas
terhadap rizki yang kita dapatkan.
Wallahu A'lam Bisshawab.

Sumber : http://www.pesantrenvirtual.com

Baca Selengkapnya......

Jumat, 10 Juli 2009

LIRIKAN ISTRI TETANGGA

Rasa hati deg-degan adalah wajar bila laki-laki medapat perhatian dari lawan jenis, apapun bentuknya dan sekecil apapun bentuk perhatian. Lirikan mata dengan sedikit kerlingan pun mendesirkan hati, apalagi yang melirik berkenan dalam selera dan rupa.

Apakah pasangan menikah masih deg-degan dengan sebuah lirikan? Oh, tentu. Bukankah mendua hati sebenarnya adalah bakat yang dimiliki semua manusia? Hanya kekuatan menjaga hati yang bisa menjadi benteng pertahanan.

Saling melirik dengan lawan jenis pasti sering terjadi diantara lawan jenis untuk sekedar tahu sampai sekedar naksir. Lokasi bisa dimana saja dan bahkan dengan siapa saja. Bahkan para bapak pun bila tidak ketahuan pasti pernah juga melirik pembantu tetangga yang masih muda atau juga istri tetangga.

Bagaimana bila mendapat lirikan dari istri tetangga? Apakah harus membalas dengan kerlingan atau senyuman atau sekedar anggukan kepala untuk membalas sapaan dengan bahasa tubuh itu? Kalau membalas dengan lirikan dan senyuman apakah diartikan membalas suatu ajakan bila lirikan istri tetangga tadi memang mempunyai maksud terpendam?

Ah, itu hanya sapaan biasa bukan lirikan penuh arti, salah tafsir tuh. Benar demikiankah? Kalaupun tidak berarti apapun selain sapaan belaka, apakah berhak membalas dengan lirikan mata dan senyuman kepada istri tetangga itu?

Ada sebuah hadist yang menjelaskan:

Dari Muhammad bin Sa’ad Al Anshari dari Abu Shabyah Al Kala’i dari al Muqdad bin Al Aswad, Rasulullah bersabda, “Apa yang kalian ketahui tentang zina? Mereka menjawab : Perbuatan itu diharamkan oleh Allah dan RasulNya. Perbuatan itu haram selamanya sampai hari kiamat tiba. Lalu Rasululullah shalallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Sungguh, seandainya seorang berbuat zina dengan sepuluh wanita, maka dosanya lebih ringan dibanding berbuat zina dengan wanita tetangganya.’

Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wasalam menanyakan kepada mereka tentang perbuatan mencuri. Mereka memberikan jawaban sama seperti ketika ditanya tentang zina. Lalu Rasululullah shalallahu alaihi wasalam memberikan jawaban, ‘Dan sungguh, seandainya ia melakukan pencurian terhadap sepuluh rumah, maka dosanya lebih ringan dibanding melakukan pencurian di rumah tetangganya.’” [HR Imam Ahmad, Bukhari, Ath Thabarani]

Sumber : Silsilah Hadits Shahih, dan sekelumit kandungan hukumnya, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Pustaka Mantiq, 1995.

Saya semakin takut membalas setiap ada lirikan istri tetangga, apapun maknanya. Bila berzina dengan tetangga dosanya 10 kali lipat jangan-jangan lirik-lirikan dengan istri tetangga dosanya sudah sama dengan berzina.

Sumber : http://elfarid.multiply.com/


Baca Selengkapnya......

PERPADUAN ALAM DAN KISAH LEGENDARIS

KERA GOA KREO Mei lalu, warga Kampung Talunkacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kabupaten Semarang, diberitakan merasa sangat terganggu oleh kehadiran kera-kera penghuni kawasan wisata Gua Kreo yang lokasinya berbatasan dengan kampung mereka.

Bahkan, keresahan warga itu telah disampaikan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah. Mereka mengajukan permohonan pengurangan jumlah kera ekor panjang (Macata fasicularis) yang sudah menghuni hutan di kawasan Gua Kreo sejak belum ada kampung bernama Talunkacang. Alasan mereka, kera-kera dari kawasan wisata itu sering mencari makan ke permukiman penduduk, merusak tanaman di ladang dan kebun.

Benarkah populasi kera di kawasan Gua Kreo sudah berlebihan? Atau kita yang perlu mawas diri; sebenarnya populasi kera yang mengganggu manusia atau manusia yang telah mengganggu populasi kera?
Objek wisata tersebut terbilang cukup langka, memiliki pesona alam, kera, dan legenda. Wajar saja Gua Kreo tidak hanya menjadi kebanggaan Kabupaten dan Kota Semarang, tetapi juga jadi objek kebanggaan Jawa Tengah. Sebagai objek wisata alam, gua itu memiliki hutan seluas lima hektare, sungai, dan air terjun yang jernih. Mata airnya tak mengenal musim, tak pernah surut mengalir. Pada hari-hari biasa, pengunjung air terjun yang jatuh ke Sungai Kreo itu tidak banyak. Bahkan ketika sore hari, air terjun itu terlihat sunyi. Kadang hanya terlihat seekor atau beberapa ekor kera duduk di atas bebatuan, seolah sedang menjaga air terjun itu. Namun pada hari Minggu, pengunjung air terjun biasanya melimpah.
Sebagai objek wisata kera, kawasan yang luas seluruhnya sekitar 20 hektare itu dihuni oleh ratusan kera. ”Jumlah kera yang menghuni kawasan ini sekitar 400 ekor,” kata Karyadi (40), seorang karyawan objek wisata Gua Kreo. ”Saya kerja di sini sejak tahun 1991. Waktu itu jumlah kera sekitar 200 ekor. Kalau sekarang setelah 18 tahun jumlah kera menjadi 400 ekor, saya rasa itu masih wajar.”
Dia menambahkan, pihak pengelola Gua Kreo pun rutin memberi makan kera-kera itu sehari dua kali, pagi dan sore. Makanannya berupa singkong, jagung, atau kadang mangga-mangga muda saat musim mangga.
”Sehari bisa menghabiskan 30 kilogram singkong atau 40 kilogram jagung. Belum lagi kebanyakan pengunjung memberi makan. Jadi tidak benar kalau kera-kera di sini dikatakan kekurangan makanan. Mereka doyan makan apa saja.”
Yang terlihat, kera-kera itu memang rata-rata gemuk. Hanya saja, Karyadi melanjutkan ceritanya, pada musim buah mangga atau rambutan, kera-kera itu punya naluri mencari buah, sehingga sebagian masuk ke kebun milik penduduk di Kampung Talunkacang.
”Itu terjadi hanya pada siang hari ketika para karyawan lengah mengawasi. Pada malam hari kera-kera itu tidur. Tapi sejak warga Talunkacang menyampaikan keresahan, kami sudah meningkatkan pengawasan di perbatasan kawasan wisata dan Kampung Talunkacang. Terutama saat musim buah, jangan sampai kera-kera itu masuk kampung,” jelas Karyadi.

***

OBJEK wisata Gua Kreo sebenarnya terbentuk dari legenda atau mitologi Jawa dengan tokoh Sunan Kalijaga, salah seorang Wali Songo. Untuk menggali legenda Gua Kreo, penulis terlebih dulu mengumpulkan referensi dari berbagai sumber, kemudian dipadukan dengan keterangan Karyadi yang sudah biasa menjadi pemandu wisata di Gua Kreo. Dia pun tak keberatan menemani penulis menelusuri semua petilasan Sunan Kalijaga di kawasan wisata ini.
Legenda Gua Kreo tak terpisahkan dengan legenda asal mula nama Jatingaleh, sebuah kelurahan di lereng Bukit Gombel, Kecamatan Candisari, Kota Semarang. Dikisahkan, dahulu seorang wali yang punya kemampuan lebih, seperti Sunan Kalijaga, dapat berkomunikasi dengan tumbuhan dan binatang. Bahkan, ada pula pohon-pohon yang dipercaya bisa berpindah tempat.
Menurut legenda, kayu jati yang akan digunakan sebagai salah satu saka guru Masjid Agung Demak, adalah potongan kayu dari pohon jati yang berada di lereng Bukit Gombel. Ajaibnya, sewaktu Sunan Kalijaga akan mengambil kayu jati di kawasan tersebut, ternyata pohon jati itu sudah tidak ada. Sunan Kalijaga kemudian mencari ke mana pohon jati itu berpindah. Dia terus mencari sampai ke hutan yang saat ini dikenal sebagai kawasan Gua Kreo. Sedangkan tempat asal pohon jati itu kemudian diberi nama Jatingaleh (bahasa Jawa) yang artinya ”jati berpindah”.
Akhirnya Sunan Kalijaga menemukan kayu jati yang berpindah itu, tetapi berada di tempat yang sulit untuk diambil. Dia kemudian bersamadi di dekat sebuah gua, hingga datang empat ekor kera, masing-masing berbulu merah, kuning, putih, dan hitam. Kera-kera itu menyampaikan niat baik ingin membantu Sunan Kalijaga mengambil kayu jati yang diinginkan. Sunan Kalijaga menerima bantuan mereka dengan senang hati, akhirnya kayu jati itu berhasil diambil dari tempat yang sulit.
Saat Sunan Kalijaga dan sahabat-sahabatnya hendak membawa kayu jati itu ke Kerajaan Demak untuk dibuat saka guru Masjid Agung Demak, keempat kera itu menyatakan ingin ikut serta. Karena mereka bukan manusia, Sunan Kalijaga keberatan. Namun sebagai balas jasa, kera-kera itu mendapat anugerah kawasan hutan di sekitar gua. Mereka diberi kewenangan ngreho (bahasa Jawa) yang berarti ”memihara” atau ”menjaga”. Dari kata ngreho itulah nama Gua Kreo berasal, dan sejak itu kera-kera yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai pemelihara atau penjaga.
Sampai sekarang, Gua Kreo yang terletak di lereng Bukit Kreo, termasuk objek paling favorit yang didatangi pengunjung. Menurut Karyadi, kedalaman gua mencapai 25 meter. Sekitar 10 meter di sebelah kanan Gua Kreo, ada lagi sebuah gua bernama Gua Landak.
”Gua Landak kedalamannya 30 meter. Tapi gua ini dibuat oleh pengelola Gua Kreo, bukan petilasan Sunan Kalijaga,” kata Karyadi.
Bagi pengunjung yang punya nyali, banyak yang berani memasuki kedua gua itu hanya untuk berfoto-ria. Selanjutnya, kami melacak petilasan Sunan Kalijaga ke puncak Bukit Kreo yang berketinggian 350 meter di atas permukaan laut. Di situ terdapat monumen batu. Menurut Karyadi, monumen ini dibangun untuk menandai petilasan Sunan Kalijaga saat dia bersama sahabat-sahabatnya dan empat kera yang membantu, mengadakan acara selamatan dengan makan bersama, sebagai rasa syukur mereka telah berhasil mengambil kayu jati dari tempat yang sulit. Lauknya adalah sate kambing. Seusai makan, tusuk-tusuk sate itu dibuang ke tanah hingga terdengar suara gemerincing. Tempat dibuangnya tusuk sate itu kemudian tumbuh serumpun bambu yang dinamakan bambu kerincing. Ajaibnya, batang bambu itu ketika dipatahkan tercium aroma daging kambing.
Menurut Karyadi, sebenarnya jarak rumpun bambu kerincing dari monumen batu di puncak Bukit Kreo, hanya sekitar 500 meter. Namun untuk menuju ke rumpun bambu kerincing, kita harus melalui jalur melingkari bukit, jadi perjalanannya cukup jauh dengan medan yang sulit dan penuh semak belukar.
”Tempat rumpun bambu kerincing sengaja dibiarkan penuh semak belukar, biar jarang didatangi pengunjung,” kata Karyadi setelah kami berhasil menembus semak belukar hingga sampai ke rumpun bambu kerincing. ”Sebab kalau banyak pengunjung yang datang ke sini, itu akan merusak bambu ini. Setiap pengunjung yang datang akan mematahkan batang bambu karena penasaran ingin membuktikan bau dagingnya. Dulu rumpun bambu ini banyak, sekarang tinggal sedikit karena dirusak pengunjung.”
Benar saja, penulis dan seorang pengunjung bernama Joe Jumani asal Jakarta yang mengikuti kami, penasaran ingin mencium bambu berbau daging kambing itu. Karyadi terpaksa memotong sebatang bambu yang masih muda, lalu potongan-potongan bambu kecil itu diberikan kami.
Sulit dipercaya, potongan bambu kerincing itu berbau menyengat persis seperti daging kambing mentah. Anda boleh percaya boleh tidak, tetapi bau daging kambing itu benar-benar nyata.
Untuk menghindari habisnya rumpun bambu kerincing karena dirusak pengunjung, pihak pengelola Gua Kreo telah menanam bambu kerincing di belakang pos penjagaan dan boks tiket masuk. Bisa tumbuh, tetapi tidak begitu subur. Bila ada pengunjung yang penasaran ingin membuktikan bambu berbau daging kambing itu, disarankan tidak datang ke tempat tumbuh aslinya yang berada di tengah hutan, tetapi cukup mematahkan batang kecil dari rumpun bambu di belakang pos tersebut.

”Stop Tangan-tangan Jahil!”

APA lagi yang menarik pada Gua Kreo? Objek wisata itu tidak hanya dikunjungi pasangan muda-mudi, banyak juga pengunjung yang datang rombongan, dan asyik juga sebagai tempat wisata keluarga.
Tempat parkir yang luas jarang penuh kendaraan, masih tersisa ruang kosong untuk berlarian anak-anak. Sering terlihat anak-anak bercanda atau sengaja menggoda kera, lalu kera itu marah dan hendak mengejar, anak-anak itu pun berlari ketakutan.
Meski begitu, disarankan anak-anak tidak bermain di tempat parkir. Sebab di sebelah tempat parkir ada tempat khusus permainan anak-anak yang cukup luas. Di situ ada ayunan, jungkitan, perosotan, panjatan, gantungan, dan lain-lain.
Pengunjung yang baik hati, biasanya sebelum menelusuri kawasan wisata, terlebih dulu membeli kacang di warung-warung yang berderet di sisi area parkir. Kacang-kacang itu dibawa dalam kantung plastik, lalu diberikan pada kera-kera yang dijumpai sepanjang perjalanan mereka.
Kalau dikasih makanan, kera-kera itu bersikap ramah dan seperti jinak. Namun jika pengunjung membawa makanan tapi pelit tidak mau berbagi, kera-kera itu menjadi marah dan agresif, mereka terus mendekati pengunjung itu ingin merampas tempat makanan yang dibawa. Sementara terhadap pengunjung yang tidak membawa makanan, kera-kera itu cenderung bersikap cuek.
Berdasarkan data di kantor pengelola objek wisata Gua Kreo, jumlah pengunjung pada hari Minggu rata-rata mencapai 500 orang dengan tiket masuk Rp 3.500, dan hari biasa rata-rata 100 orang dengan tiket masuk Rp 2.500.
Sayangnya, banyak pengunjung yang belum memiliki wawasan lingkungan yang baik. Mereka suka membuang sampah sembarangan. Di antara semak belukar di kawasan hutan, banyak botol-botol plastik bekas minuman, bungkus makanan, dan kantong plastik berserakan.
Ada pula tangan-tangan jahil yang memasuki kawasan wisata ini dengan membawa cat semprot, lalu mencorat-coret apa saja yang dijumpainya. Mulai dari pagar, dinding WC, sampai petilasan Sunan Kalijaga seperti dinding gua, monumen batu, tak luput dari coretan-coretan tangan-tangan jahil itu.
Lebih parah lagi, banyak pagar-pagar besi yang hilang karena digergaji pencuri. Menurut Karyadi, pencuri-pencuri itu beraksi pada malam hari. Contohnya, pagar sepanjang undakan panjang dari lereng bukit menuju ke lokasi air terjun di Sungai Kreo, besi-besi pagarnya banyak yang hilang.
Untuk menjaga pesona objek wisata Gua Kreo, tidak ada kata-kata lain yang patut kita ucapkan, kecuali teriakan ”Stop tangan-tangan jahil!”
Objek wisata Gua Kreo cukup mudah dijangkau. Sepeda motor, mobil pribadi atau bus bisa langsung memasuki lokasi wisata. Jaraknya sekitar 13 km dari pusat Kota Semarang ke arah selatan. Kalau naik transportasi umum, dari Semarang naiklah minibus Umbul Mulyo atau Aji Jaya yang jurusan Gunungpati. Cukup bilang pada kondektur mau ke Gua Kreo, maka akan diturunkan di depan sebuah gapura besar menuju ke objek wisata Gua Kreo. Di sisi gapura itu ada pos ojek. Naiklah ojek, karena kalau jalan kaki masih sekitar 2,5 kilometer. Tapi kalau mau memang lebih suka berjalan kaki, silakan saja.
(Sarby SB Wietha/)



Baca Selengkapnya......