Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Senin, 16 Maret 2009

GUYONAN MEMBAWA SENGSARA

Alloh yang maha bijaksana telah memberikan kenikmatan besar kepada kita yaitu lisan. Kalau dicermati nikmat ini sungguh ajaib, sebab dengan lisan ini orang bisa meraih sorga dan bisa tergelicir ke neraka.

”Barangsiapa yang bisa menjamin bagiku sesuatu yang ada diantara janggutnya (lisan) dan sesuatu yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan) maka aku jamin ia dengan sorga” (H.R. Bukhori)


”Sesungguhnya ada seorang hamba yang mengucapkan sesuatu tanpa memikirkannya (lebih dulu), yang dengan sebab itu ia tergelincir ke dalam neraka yang kedalamannya lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat” (H.R. Bukhori Muslim)

Lisan mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Islam. Melalui lisan orang yang awalnya kafir bisa menjadi muslim dengan mengucap dua kalimat syahadah. Melalui lisan pula orang yang awalnya muslim bisa menjadi kafir, salah satunya yaitu ketika lisan digunakan untuk mengolok-olok Alloh, ayat-ayat-Nya dan rosul-Nya serta agama Islam secara umum. Agama sebagai bahan olok-olokan merupakan salah satu bentuk kekafiran walaupun semata-mata hanya dilakukan dalam rangka bercanda.

Dalam suatu riwayat disebutkan saat perjalanan perang Tabuk, ada didalam rombongan orang yang berkata ”kami tidak pernah melihat seperti para ahli baca Al-Quran ini (yaitu Rosululloh SAW dan para sahabat), kecuali sebagai orang yang paling buncit perutnya, yang paling dusta ucapannya dan yang paling pengecut tatkala bertemu dengan musuh”. Mendengar hal itu, Auf bin Malik RA berkata ”Engkau dusta, kamu ini munafik. Akan aku laporkan ucapanmu ini kepada Rosululloh SAW”. Maka Auf bin Malik pun pergi menghadap Rosululloh. Namun sebelum Auf sampai, telah turun wahyu tentang peristiwa itu, yaitu QS. At-Taubah ayat 65-66.

Kemudian orang yang bercanda tadi mendatangi Rosululloh SAW yang saat itu sudah berada di atas untanya. Orang tadi berkata ”Wahai Rosululloh, kami tadi hanyalah bersendau gurau, kami melakukan itu hanyalah untuk menghilangkan kepenatan dalam perjalanan sebagaimana hal ini dilakukan oleh orang-orang yang berada dalam perjalanan”.

Ibnu Umar (salah seorang sahabat yang ikut dalam rombongan itu) bercerita, ”sepertinya aku melihat ia berpegangan pada tali pelana unta Rosululloh sedangkan kakinya tersandung-sandung batu sembari mengatakan, ”Kami tadi hanyalah bersensau gurau dan bermain-main saja”.

Kemudian Rosululloh SAW berkata kepadanya (dengan membacakan firman Alloh), ”Apakah dengan Alloh, ayat-ayat-Nya dan Rosul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman” (At-Taubah:65-66). Beliau mengucapkan itu tanpa berpaling kepada orang tersebut dan beliau juga tidak bersabda lebih dari itu.” (H.R. Ibnu Abi Hatim dengan sanad yang hasan)
sumber : http://www.duadunia.net/

Tidak ada komentar: